Bendrong
Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat
Cilegon-Banten, yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di
masyarakat hingga saat ini. Awalnya kesenian ini merupakan tradisi
masyarakat setempat dalam menyambut Panen Raya. Tujuannya untuk
mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang
telah membuahkan hasil. Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak
hanya ditampilkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga
pada acara-acara pesta perkawinan atau upacara peresmian. Bendrong
Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan
musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang. Sekilas memang tak ada
yang istimewa dari alat musik yang digunakan. Semuanya serba kayu,dan
bunyinya pun tuk tuk. Namun tata aturan dan semangat para wanita
menimbulkan semangat tersendiri. Biasanya akan ada sekitar enam
perempuan yang sibuk menumbuk padi sehingga menimbulkan suara suara yang
khas dan enak didengar. Sementara mengingat alu yang digunakan sebagai
alat pemukulnya maka enam perempuan itu pula yang mengelilingi kerumunan
lesung dan memukul secara bergantian. Bendrong lesung memang ada sampai
dengan hari ini namun mengalami perubahan yang cukup drastis, karena
yang memainkan hanya ibu ibu saja,sementara anak anak mereka hanya puas
menonton. Jika hal ini tak dilestarikan dengan gerakan kebudayaan, maka
bendrong lesung akan punah seiring usianya ibu ibu yang memainkan alat
tersebut. Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
daerah dan penggiat kesenian.